This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 22 April 2022

Teori dan strategi Pembelajaran

 

Landasan Filosofis PTK

  1. Bagaimana implementasi dalil Charles Prosser ke-2 dan ke-16  pada pendidikan vokasi di Indonesia? 
  2. Pada situasi dan keadaan seperti apakah teori belajar behaviorisme, kognitivisme dan kostruktivisme menjadi teori yang tepat pada pendidikan vokasi? Berikan contoh-contoh kasusnya.
  3. Saat ini telah berkembang aliran baru teori belajar yang disebut konektivisme. Apa definisi teori belajar ini dan mengapa teori belajar ini diyakini dapat menjadi alternatif landasan teori belajar vokasi di era digital sekarang? Bagaimana langkah-langkah guru dan siswa yang tepat agar implementasi teori ini menjadi efektif?

Implementasi Prosser Dalil 2 dan 16 pada Pendidikan vokasi di Indonesia

Dalil 2: Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.

Dalil 16: Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.

Implementasi di Indonesia

Untuk dalil ke 2 : Melihat keadaan sekolah kejuruan di Indonesia, sangat sulit mewujudkan prinsip ini. Hal terjauh yang bisa dilaksanakan adalah menyediakan fasilitas praktek dasar sehingga lulusan nanti akan memiliki kompetensi dasar yang kuat untuk dikembangkan lebih lanjut jika sudah diterima di industri. Namun jika sekolah mampu menyelenggarakan praktek kerja langsung di industri secara memadai dari sisi waktu, intensitas dan dengan pengawasan yang baik, maka prinsip ini bisa terpenuhi. Dalam kenyataan sekolah kewalahan harus menempatkan siswa dalam jumlah banyak untuk melaksanakan praktek yang sesuai kurikulum langsung di lokasi industri.

Untuk dalil ke 16 : Prinsip ini banyak dilanggar. Prinsip sebaliknya yang justru sering dipakai yaitu, biarpun biaya tidak cukup yang penting dibuka dulu. Ini adalah prinsip yang salah namun justru menjadi mainstream di kalangan sekolah kejuruan. Pembukaan sekolah kejuruan membutuhkan dana sangat besar, pemerintah saat ini tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan di seluruh penjuru Nusantara, demikian juga swasta. Hanya beberapa sekolah saja, baik negeri maupun swasta, yang mampu membiayai sekolah yang dikelola secara memadai, sebagian besar lainnya tidak didukung sumber pembiayaan yang cukup.

Pada situasi dan keadaan seperti apakah teori belajar behaviorisme, kognitivisme dan kostruktivisme menjadi teori yang tepat pada pendidikan vokasi? Berikan contoh-contoh kasusnya.

Teori belajar behavioristik

Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, dan respon berupa rekasi atau tanggapan yang dihasilkan oleh peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapar memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat. Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Menurut Putu Sudira (2016:163) teori belajar behavioristik relevan digunakan dalam belajar skill motorik pada level pemula. Pembelajar kejuruan pemula sebelum berlatih suatu skill motorik memerlukan interaksi sosial dengan mengamati kemudian meniru sikap dan cara kerja expert atau guru (teori Bandura), mempraktikkan secara langsung (teori Skinner), diulang-ulang hingga menguasai (teori Pavlov), mempersiapkan perangkat latihan dan mental peserta didik sebelum latihan (teori Thorndike).Teori belajar behavioristik bermanfaat pula untuk menghadapi pembelajar kejuruan yang pasif. Guru mendesain pembelajaran sedemikian rupa sebagai bentuk stimulus agar mendapat respon pembelajar. Di Indonesia umumnya siswa SMK masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran apalagi siswa pemula atau kelas X.

Teori Belajar kognitif

Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur  kognitif yang telah dimiliki seseorang. Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak terpatah-pata, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keterlibatan peserta didik secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.

Teori kognitif dalam pendidikan kejuruan digunakan dalam pembelajaran ketrampilan berpikir (thinking skills). Selain skill motorik, skill kognitif  diperlukan dalam pendidikan kejuruan abad 21 untuk membekali lulusan mudah beradaptasi dalam dunia kerja yang mengalami perubahan sangat cepat dibidang teknologi. Putu Sudira (2016: 166) menyatakan High Order Thinking Skill (HOTS) semakin dibutuhkan dalam pembelajaran abad 21. Critical thinking, creativity, communication, collaboration, penggunaan multimedia, pemrosesan informasi merupakan variabel penting belajar abad 21 sebagai dasar mengkonstruksi pengetahuan. Pembelajaran TVET membutuhkan keaktifan dalam interakaksi sosial, membangun ikon, menggunakan simbol-simbol atau bahasa dan didisplaykan menjadi rumus, model, konsep, algoritma program, dan sebagainya. Belajar dengan memecahkan masalah dari yang sederhana ke yang komplek. Dalam pengembangan kompetensi TVET diperlukan konsep belajar hand-on, mind on, dan heart on.

 

 

Teori Belajar Konstruktivistik

Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya secara luas. Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belajar.

Berdasarkan teori konstruktivis tersebut banyak model pembelajaran berpikir tingkat tinggi yang diciptakan. Sekolah kejuruan relevan menerapkan teori ini untuk menjawab tantangan dunia kerja abad 21 yang memerlukan tenaga kerja yang memiliki skill teknik sekaligus kemampuan beradaptasi dengan pengetahuan baru. Pembelajaran berlandasan teori konstruktivis menekankan pada kooperatif dan kolaboratif dengan pembentukkan kelompok kerja siswa. Hal ini sesuai dengan kebutuhan skill abad 21 yang memerlukan  kemampuan kerja dalam tim. Teori konstruktivis menginspirasi para ahli pembelajaran untuk membuat model-model pembelajaran baru berbasis konstruktivis.

 

Saat ini telah berkembang aliran baru teori belajar yang disebut konektivisme. Apa definisi teori belajar ini dan mengapa teori belajar ini diyakini dapat menjadi alternatif landasan teori belajar vokasi di era digital sekarang? Bagaimana langkah-langkah guru dan siswa yang tepat agar implementasi teori ini menjadi efektif?

Teori konektivisme adalah

Menurut George Siemens (2004) connectivisme merupakan teori pembelajaran yang digunakan untuk era digital kini. Dalam teori ini menjelaskan pembelajaran ialah proses yang berlaku berdasarkan kepelbagaian pemindahan unsur-unsur secara berterusan. Titik permulaan pembelajaran bermula dengan individu menyalurkan maklumat ke dalam rangkaian dan idividu lain menerimanya dan menyalurkan semula ke dalam rangkaian. Ia akan menjadi satu kitaran dalam rangkaian. Connectivisme adalah integrasi prinsip yang diekplorasi melalui teori chaos, network, dan teori kompleksiti dan organisasi diri. Belajar adalah proses yang terjadi dalam lingkungan yang tidak nampak kepada peningkatan elemen-elemen. Kandungan pelajaran tidak seluruhnya dikawal oleh individu.

Connectivisme menjelaskan proses pembelajaran yang memungkinkan orang dapat berinteraksi, berbagi, berdialog, dan berpikir bersama dalam sebuah koneksi atau jaringan.

Prinsip teori konektivisme ialah memandang keragaman pendapat sebagai sumber informasi pengetahuan dan pembelajaran. Pembelajaran menjadi proses menghubungkan informasi dari berbagai sumber dan konteks dalam suatu komunitas, jaringan, atau basis data dengan dukungan teknologi. Kemampuan untuk mengetahui lebih banyak dianggap lebih penting daripada apa yang saat ini diketahui, Dan, terserapnya pengetahuan yang akurat dan terkini adalah tujuan dari semua kegiatan pembelajaran konektivisme yang fleksibel.

Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran konektivisme ialah membangun koneksi dan jaringan belajar online atau personal learning network. Selain itu dalam prosesnya, siswa dapat menemukan informasi yang dibutuhkan secara mandiri, selain itu juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kolaborasi dan diskusi dengan anggota lain di dalam koneksi atau jaringan belajar online, memanfaatkan siswa yang sudah akrab dengan online learning tools seperti penggunaan web dan media sosial untuk mendesain metode pembelajaran, (Dr Muchlas, MT, Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta







Teori dan strategi Pembelajaran

BIMBINGAN KARIER DAN INFORMASI LAPANGAN KERJA DI INGGRIS 

Sejarah BK di UK

Perkembangan Bimbingan Karir dan Informasi Lapangan Kerja di UK

Hasil Pelaksanaan BK dan Informasi Lapangan Kerja


Kerjasama Pemerintah dalam Menyediakan Layanan Bimbingan Karir

Pemerintah Inggris menyediakan layanan konseling karir berupa penyediaan layanan konseling karir yang di dalamnya termasuk perencanaan karir bagi peserta didik. Berbagai hal yang dilakukan pemerintah Inggris dalam usaha menyediakan konseling karir antara lain:

1. Bekerja sama dengan National Careers Service. Didirikan April tahun 2012. Merupakan kerjasama antara Departement of Bussines Innovation and Skills & Departement for Education.

2. Bantuan Finansial. Konselor dapat memberikan informasi mengenai bantuan finansial yang bisa didapat dari pemerintah maupun sumber lainnya.

3. Bekerja sama dengan Jobcenter Plus

a.    Jobcenter  Plus berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan KS

b. Sekolah dan Jocentre Plus bersama-sama menempatkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman kerja

c.    Meningkatkan kerja sama antara penasihat tenaga kerjaberkebutuhan khusus di jobcentre plus

4. Kesetaraan. Pemberian layanan karir yang merata dan tidak pandang bulu.

Pengawasan dan Evaluasi BK di UK

1. Jaminan Mutu & feedback

Aspek yang diperhatikan :
(a) Kualitas Program Karier di sekolah, standar kualitas nasional
(b) Kualitas Career Providers yang Independen, layanan komperehensif
(c) Kualitas Career Adviser yang bekerja sama dengan sekolah

2. Destination Measures

Destination Measures yakni melihat prestasi dan capaian yang diperoleh alumninya, hal ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan karier di sekolah dengan melihat seberapa sukses peserta didik melakukan transisi ke jenjang berikutnya baik melanjutkan sekolah atau bekerja.

3. Peran The Office Standards in Education (Ofsted)
Bertugas untuk mengawasi jalannya beberapa kebijakan di UK terkait layanan

Keseriusan Pemerintah UK terhadap Bimbingan Karier


Program Bimbingan Karier yang dilakukan di Indonesia yakni

a.  Menginspirasi Peserta didik dengan cara membangun cita-cita peserta didiknya. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain: mengundang pembicara dari kalangan pengusaha dan motivational speakers, mengadakan career fairs, serta melakukan coaching. Selain itu, mentoring yang terarah dan tepat sasaran juga dapat membantu
mengembangkan karakter dan kepercayaan diri peserta didik demi kariernya di masa depan.

b.   Membangun Kerja sama dengan penguasaha

Bentuk kerjasama yang dapat diupayakan antara lain:

• Mentoring dan coaching

• Mengundang pembicara dari dunia kerja ke sekolah

• Kunjungan ke tempat kerja dan memberikan pengalaman kerja

• Mengadakan acara-acara menarik seperti perlombaan maupun permainan

• Mengadakan careers fairs dan career networking

• Bantuan dalam bidang keterampilan sederhana dalam manajemen karier seperti membuat Curriculum Vitae (CV), mencari pekerjaan, dan wawancara kerja.

c.   Memberik an akses terhadap pilihan - pilihan karier BK memberikan kebebasan pada peserta didik untuk memilih pilihannya setelah lulus. Terkadang, sekolah mendatangkan beberapa pihak agar dapat terlibat langsung dengan peserta didik.

d.    Bimbingan Karier Individual yang menyangkut 4 hal yakni pribadi, sosial, karier, dan belajar.

Pasal khusus yang membahas tentang bimbingan karier di undang-undang pendidikan nasional tidak serinci dan selengkap yang ada di UK. Pasal di UK, dilakukan perbaikan relevasi secara berkala.

Bimbingan Karir dan informasi lowongan kerja di UK memiliki banyak keuggulan dibandingkan dengan yang ada di Indonesia. Pelaksanaan bimbingan karier di sekolah-sekolah di UK mendapatkan dukungan yang sangat tinggi dari pemerintah. Hal tersebut dibuktikan dengan dicantumkannya pasal khusus mengenai bimbingan karier di dalam undang-undang pendidikan nasional. Pasal tersebut juga terus diperbaiki relevansinya secara berkala. Banyaknya panduan dan kode etik yang telah diterbitkan pemerintah bagi sekolah-sekolah di UK juga merupakan bentuk keseriusan pemerintah terhadap kesuksesan karier. Untuk di Indonesia sendiri, terutama untuk sekolah SMK memang sudah dapat perhatian lebih dari pemerintah untuk tahun terakhir ini. Namun yang kurang adalah perharian dari Pemerintah Daerah. Memang dibeberapa daerah, pemerintah daerah sudah mulai mendukung lulusan-lulusan sekolah dalam penyediaan lapangan kerja. Namun untuk daerah-daerah tertentu masih banyak yang mengabaikan bagaimana keberlangsungan penyerapan tenaga kerja lulusan sekolah-sekolah didaerah tersebut. Namun tidak semua hal tersebut kurang tepat, masih banyak bantuan dari pemerintahan daerah memberikan bimbingan dalam bentuk bantuan beasiswa-beasiswa untuk anak-anak daerah melanjutkan ke perguruan tinggi. Meskipun hal tersebut nantinya akah mengurangi tujuan dari lulusan SMK itu sendiri. Dimana tuntutan pemerintah adalah lulusan SMK harus lebih banyak bekerja atau berwirausaha. Untuk kemajuan SMK sendiri dari materi yang telah kita cermati bersama munkin kedepannya pemerintah pusat memberikan undang-undang terkait kewajiban pemerintah daerah untuk membantu perkembangan penyerapan tenaga kerja lulusan SMK maupun kemudahan dalam pembuatan usaha-usaha untuk wirausahawan muda lulusan SMK. Selain itu, pelajaran lain yang dapat diterapkan di SMK Indonesia adalah kesadaran Industri untuk membantu dan menjadi mentoring kepada SMK serta mau menyerap tenaga-tenaga dari lulusan SMK.


Kamis, 07 April 2022

Teori dan Strategi Pembelajaran Vokasi

 

Dinamika PTK di Indonesia

Beberapa hal yang menjadikan Pendidikan Vokasi melakukan Revitalisasi SMK 


a.         Amanah nawacita dan SDGs 2030

Sustainable Development Goals 2030 menyatakan bahwa pada 2030 terjadi peningkatan pemuda dan orang dewasa yang memiliki keterampilan relevan termasuk keterampilan vokasi dan teknikal untuk bekerja dan berwirausaha.

b.         Pemenuhan 58 juta tenaga kerja

Ekonomi Indonesia dengan peluang bisnisnya yang besar membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan dan sikap kerja yang tepat. Perekonomian Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dengan kondisi yang relatif stabil. Pada tahun 2030, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara ke-7 dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia. Ini merupakan loncatan yang signifikan dari posisinya di peringkat ke-16 pada tahun 2012.

c.         Memperbaiki struktur tenaga kerja

tersedianya sumberdaya manusia (tenaga kerja) dalam jumlah memadai dan dengan keterampilan yang tepat bisa membuat Indonesia menjadi tempat yang menarik bagi investasi yang bisa menggerakkan pembangunan

d.         Persaingan regional dan global

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diharapkan akan menjadi pendorong bagi perekonomian yang padat keterampilan (skill intensive economies) karena banyak anggota ASEAN telah bergerak menuju produksi dan ekspor yang pengerjaan serta teknologinya membutuhkan keterampilan dan produktivitas yang tinggi. Pada tahun 2010 hingga 2025 diperkirakan akan ada kenaikan permintaan pekerja terampil di kawasan ASEAN yaitu sekitar 41% atau sekitar 14 juta orang. Separuh dari angka tersebut yang merupakan kebutuhan Indonesia dan disusul oleh Filipina dengan kebutuhan pekerja terampil sebesar 4,4 juta orang. Sesuai dengan skenario MEA. Pada tahun 2025 di Indonesia akan terjadi kenaikan peluang kerja sebanyak 1,9 juta (sekitar 1,3 % dari total peluang lapangan kerja)

e.         Meningkatkan mutu, relevansi, dan efisiensi

Revitalisasi pendidikan vokasi dapat memanfaatkan momentum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang menegaskan bahwa pengelolaan SMK dikoordinasikan oleh pemerintah daerah provinsi. Pengalihan kewenangan ini diperkirakan  dapat menajamkan ketepatan pemenuhan supply-demand tenaga kerja lintas kabupaten/kota.

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Sesuai dengan penjelasan Pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa : “SMK merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan mempunyai tujuan umum untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki akhlak mulia, pengetahuan dan wawasan kebangsaan yang luhur; serta mempunyai tujuan khusus yaitu menyiapkan peserta didik dengan pengetahuan, kompetensi, teknologi dan seni agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi.”


Mengacu pada isi penjelasan pasal 15 Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 di atas, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu. Namun sampai saat ini tujuan tersebut belum tercapai. Hal ini disebabkan karena sistem penyelenggaran pendidikan tidak sesuai dan sejalan dengan definisi peserta didik yang dijelaskan dalam pasal 15 Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.

 

Pengertian bonus demografi menurut para ahli

Beberapa tahun terakhir istilah ini menjadi bahan perbincangan, khususnya bagi pemerintah Indonesia dan para pakar. Berikut pengertian bonus demografi menurut para ahli.

1. Jimmy Ginting (2016), menurutnya fenomena ini adalah sebuah ledakan penduduk usia produktif yang kemungkinan akan terjadi di Indonesia pada tahun 2020 hingga 2030.

2. Tifatul Sembiring (Kominfo) mendefinisikan demographic dividend sebagai suatu keadaan yang membawa keuntungan, karena jumlah penduduk didominasi oleh individu-individu yang masih berada dalam usia produktif.

3. Wongboonsin (2003) mengartikan masa tersebut sebagai keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio ketergantungan penduduk, sebagai hasil fertilitas dalam jangka panjang.

 

Bonus demografi Indonesia diperkirakan terjadi pada tahun 2030 mendatang. Menurut Bappenas, pada tahun tersebut jumlah usia produktif yang dimaksud bisa mencapai 64% dari total jumlah penduduk sekitar 297 juta jiwa. Bonus demografi 2030 bisa menjadi momentum Indonesia untuk menjadi negara maju karena berbagai keuntungan yang bisa didapat.

Namun di sisi lain ternyata masa ini bisa hilang karena beberapa hal, salah satunya adalah gaya hidup masyarakat Indonesia sendiri. Gaya hidup yang kurang sehat memudahkan manusia di umur produktif mudah terkena penyakit. Karena inilah, masa demographic dividend akan terhambat akibat kinerja mereka yang kurang maksimal.

 

Jika dikaitkan antara bonus demografi Indonesia dengan data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik pada bulan Agustus 2016 dapat dikatakan bahwa persentase tenaga kerja paling banyak adalah dari lulusan SMP kebawah, akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak terampil, sehingga dapat dimaklumi bila produktivitas tenaga kerja Indonesia tertinggal dari Malaysia, Thailand, Filipina dan Cina (Bank Dunia 2014). Padahal berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir tahun 2015 akan menyebabkan peningkatan kebutuhan pekerja terampil serta menurunkan kebutuhan pekerja tidak terampil. Maka pemerintah RI perlu melakukan revitalisasi Pendidikan Vokasi yang utamanya adalah pencetak SDM yang terampil, inovatif, dan siap kerja.

Sederhananya, pengertian bonus demografi itu sendiri adalah ledakan penduduk usia produktif (usia 15 - 65 tahun). Terkhusus Indonesia, kita diprediksi akan mendapatkan bonus demografi dalam rentang tahun 2020 - 2030. Di mana asumsi jumlah produktif berkisar 70 persen dibandingkan kelompok lainnya. Untuk diketahui, hari ini saja, usia produktif kita sudah melebihi 50 persen dari total penduduk. United Nation of Population Fund (UNFPA) menegaskan bahwa jika demographic devidend ini dapat dimanfaatkan maka akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, dengan kata lain berpengaruh positif terhadap pengurangan angka kemiskinan. Namun, jika tidak dipersiapkan, maka bencana sosial yang akan terjadi pada negara-negara yang mengalami ledakan populasi usia produktif ini. Hal senada disampaikan juga oleh Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam menyikapi laju pertumbuhan penduduk yang setiap tahunnya sama dengan jumlah penduduk Singapura, yaitu 4,5 juta jiwa (dapat dilihat di sini). Menurut Surya Chandra Surapaty, angka laju pertumbuhan penduduk masih tinggi, yang seharusnya bisa ditekan ke angka 1,1 agar kualitas hidup dapat diselaraskan.

Menindaklanjuti Inpres No. 9 Tahun 2016, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara gamblang menginstrusikan untuk menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK sesuai dengan kompetensi kebutuhan pengguna lulusan (link and match). “Link” dan “match” mengisyaratkan agar para lulusan mempunyai wawasan atau sikap kompetititf, seperti etika kerja (work ethic), pencapaian motivasi (achievement motivation), penguasaan (mastery), sikap berkompetisi (competitiveness), memahami arti uang (money beliefs), dan sikap menabung (attitudes to saving). “Link” dan “match” memerlukan perubahan kerangka pikir dari seluruh pelaksana pendidikan baik institusi pendidikan maupun staf pengajar harus pro aktif mengembangkan “link” dan “match” dengan dunia kerja.


Strategi Mengelola Bonus Demografi

1)        Strategi Pendidikan Dan Latihan

2)        Strategi Ketenagakerjaan Dan Pembangunan Sumberdaya Manusia

3)        Strategi Kependudukan, Keluarga Berencana Dan Kesehatan

4)        Strategi Jaminan Perlindungan Sosial


Strategi pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia melalui revitalisasi pendidikan vokasi meningkatkan penyerapan lulusan di dunia usaha dan industri. Ada 3 hal yang menjadi dasar pemikiran pengembangan pendidikan vokasi yaitu :


a.    Dimulai dari SDM

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Dr. Misbah Fikrianto, MM, M.Si *)

Kondisi persaingan dan perkembangan yang begitu cepat, membutuhkan kontribusi pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Pendidikan dijadikan sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Salah satu indikator majunya suatu bangsa ditentukan dengan indeks pengembangan kualitas sumber daya manusia, yang hasilnya didapat dari proses pendidikan yang bermutu.

 

Rencana implementasi yaitu meningkatkan kapasitas SDM pendidikan vokasi (guru, kepala sekolah,  dosen, tendik, direktur). Pemerintah baru saja mengeluarkan Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber daya Manusia Indonesia. Dalam Inpres yang ditujukan kepada 12 Kementerian dan 1 Lembaga menjadi momentum legalitas yang strategis untuk pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia. Pendidikan vokasi menjadi solusi untuk penciptaan sumber daya manusia yang berkompetensi, berdaya saing, dan siap bekerja profesional.

 

b.    Vokasi harus dekat dengan realita pekerjaan

Menindaklanjuti Inpres No. 9 Tahun 2016, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara gamblang menginstrusikan untuk menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK sesuai dengan kompetensi kebutuhan pengguna lulusan (link and match). “Link” dan “match” mengisyaratkan agar para lulusan mempunyai wawasan atau sikap kompetititf, seperti etika kerja (work ethic), pencapaian motivasi (achievement motivation), penguasaan (mastery), sikap berkompetisi (competitiveness), memahami arti uang (money beliefs), dan sikap menabung (attitudes to saving). “Link” dan “match” memerlukan perubahan kerangka pikir dari seluruh pelaksana pendidikan baik institusi pendidikan maupun staf pengajar harus pro aktif mengembangkan “link” dan “match” dengan dunia kerja. “Link” and “Match” dalam Revitalisasi SMK diharapkan dapat menciptakan generasi penduduk usia produktif siap kerja yang memiliki kompetensi keterampilan atau keahlian siap pakai yang dibutuhkan perusahaan dan dunia industri.

 

c.       Vokasi tidak lagi dibedakan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengubah bentuk Politeknik menjadi Universitas Terapan. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk reformasi pendidikan di bidang vokasi.

 

Plt. Direktur Jenderal Vokasi, Kemendikbud, Patdono Suwignjo menyebut, nantinya politeknik akan berubah menjadi Universitas Terapan atau Universitas Teknologi.  Menurutnya dengan perubahan tersebut bisa menarik minat lulusan SMA/K masuk Perguruan Tinggi Vokasi meningkat.

Arah pendidikan Vokasi Indonesia pada intinya untuk mensinkronkan SMK penyedia tenaga kerja dengan industri penguna tenaga kerja baik lokal, regional maupun global sehingga lulusan SMK dapat terserap di industri dan membekali siswa SMK untuk berwirausaha dan sebagiannya untuk melanjutkan sebagai tenaga pengajar SMK nantinya. antara lain :

a.    Penguatan manajemen dalam pengelolaan SMK oleh kemdikbudristek dengan memfokuskan adanya dirjen vokasi

b.  Penguatan link and match antara SMK dengan industri (penyelarasan kurikulum, magang siswa, magang guru, guru tamu industri, prakerin)

c.    Pembekalan keterampilan yang bersifat global dan kerjasama luar negeri.

d.    Pengyuatan karakter kebekerjaan sesuai yang dibutuhkan industri 


            Sinergi antara pendidikan vokasi dan DUDI tentunya sangat dibutuhkan terutama dalam upayanya mempercepat kemajuan pembangunan nasional demi terciptanya lingkungan kolaboratif dan kondusif dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja serta calon angkatan kerja. Tanpa sinergi yang baik, tentunya arah pendidikan vokasi Indonesia tidak akan pernah sampai pada tujuan utama, yakni memenuhi demand industri masa depan. Sementara itu dunia usaha dan dunia industri di Indonesia pun selamanya akan mendapatkan supply SDM yangkurang baik karena kualifikasi dan kompetensinya tidak sesuai dengan kebutuhan industri masa depan. Upaya Penguatan kerja sama antara pendidikan vokasi dengan DUDI dilakukan melalui rencana strategis tahun 2020-2024 dan diturunkan melalui implementasi program-program untuk kemitraan dan penyelarasan. Pada program kemitraan, terdapat empat target yang akan dicapai, yakni:

a.         penggunaan industri sebagai training centre (TC);

b.        bergabungnya pelaku industri dalam forum pengarah vokasi;

c.         bersandingnya industri dengan pendidikan vokasi; dan

d.    membuat instrumen standar kelembagaan dan akreditasi yang berbasis pada kebutuhan industri.

Tujuan akhir dari pengembangan pendidikan vokasi adalah terserapnya lulusan pendidikan vokasi di industri-industri strategis. Di sisi lain, industri memiliki standar kompetensi tertentu yang harus dipenuhi oleh lulusan pendidikan vokasi. Harmonisasi hubungan antara industri dengan pendidikan vokasi ini dibangun melalui pola kemitraan untuk membangun kepercayaan antara kedua belah pihak. Selama ini yang terjadi adalah sistem pendidikan vokasi belum dapat menghasilkan lulusan yang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan oleh DUDI, dan juga pengembangan bidang keahlian dan lembaga pelatihan vokasi belum sejalan dengan kebutuhan industri dalam rangka untuk merespon kebutuhan pasar. Akibatnya jumlah lulusan pendidikan vokasi yang tidak terserap dunia kerja kian bertambah. Tentunya, ini akan memberi dampak negatif pada daya saing bangsa dan persentase penduduk yang bekerja. ( rencana strategi).

Program Revitalisasi yang dilaksanakan oleh SMK percontohan meliputi pengembangan dan penyelarasan kurikulum dengan DUDI; inovasi pembelajaran yang mendorong keterampilan abad 21; pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan; standarisasi sarana dan srasarana utama; pemutakhiran program kerja sama industri; pengelolaan dan penataan lembaga; serta peningkatan akses sertifikasi kompetensi. Perbaikan dan penyelerasan kurikulum SMK akan memantapkan model kesesuaian dan keterkaitan (link and match) dengan DUDI. Kurikulum dirancang dengan berorientasi pada penggabungan antara instruction dan construction sehingga pendekatan utama dalam membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu pada fase pembelajaran di sekolah ataupun praktik di industri dan berorientasi pada hasil proses pembelajaran yang diinginkan. Saat ini pemerintah melakukan penyelarasan kurikulum SMK yang mencakup pengembangan SMK 4 tahun yang memiliki nama kompetensi dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang berbeda dengan SMK 3 tahun.

Dalam pelaksanaan revitalisasi SMK, Kemendikbud bekerjasama dengan berbagai sektor, baik di pemerintahan, dunia usaha dan industri, serta lembaga non pemerintah dalam dan luar negeri. Selain Kemendikbud, Inpres nomor 9 tahun 2016 juga menugaskan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Perindustrian, Kementerian Ketenagakerjaan; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Perhubungan; Kementerian Badan Usaha Milik Negara; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; serta Kementerian Kesehatan. Sinergi antar pemangku kepentingan mutlak diperlukan untuk mewujudkan kualitas SDM yang produktif dan berdaya saing melalui pendidikan kejuruan dengan industri sebagai penghelanya.   

Potensi yang ingin digali dalam rangka untuk memperkuat revitalisasi pendidikan vokasi antara lain:

a.         Dengan adanya Inpres No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Pendidikan SMK, Kemendikbud telah mempunyai arah yang jelas untuk melakukan revitalisasi SMK;

b.        Pengakuan beberapa industri termasuk BUMN dan/atau BUMD terhadap pendidikan vokasi sebagai pembeda dari Universitas;

c.         Meningkatnya animo masyarakat untuk belajar tentang pendidikan vokasi;

d.        Ilmu terapan lebih dapat langsung bekerja di DUDI dan lebih cepat untuk beradaptasi dalam lingkungan dunia industri;

e.         Meningkatnya kerjasama dan kemitraan dengan DUDI baik untuk SMK, Kursusdan Pelatihan dan dengan Pendidikan Tinggi Vokasi;

f.          Meningkatnya jumlah status Pendidikan Tinggi Vokasi menjadi PTNBH, BLU dan juga untuk SMK menjadi BLUD;

g.        Meningkatnya kompetensi dari Dosen/Guru/Instruktur untuk mendukung kebutuhan DUDI serta perkembangan revolusi industri 4.0;

h.         Meningkatnya perbaikan kualitas sarana prasarana sesuai kebutuhan industri;

i.           Meningkatnya kualitas dari lembaga kursus dan pelatihan.

          Berkaitan dengan potensi yang ingin digali dalam rangka untuk memperkuat revitalisasi pendidikan vokasi, terdapat beberapa permasalahan/kendala yang dihadapi, diantaranya:

a.         Terbatasnya keterlibatan aktif dunia industri dalam pelaksanaan pendidikan vokasi (Real Link and Match DUDI);

b.        Tingkat pengangguran lulusan dari pendidikan vokasi masih tinggi;

c.         Kompetensi SDM (Dosen/Guru/Instruktur) belum sesuai kebutuhan baik secara internal dalam pendidikan vokasi maupun untuk kebutuhan industri;

d.        Kualitas lulusan dari pendidikan vokasi masih belum memadai sehingga berdampak pada produktivitas tenaga kerja Indonesia relatif rendah;

e.         Pengembangan bidang keahlian pada lembaga kursus dan pelatihan belum sejalan dengan kebutuhan industri serta belum merespon kebutuhan pasar;

Lebih lanjut bersandingnya pengajaran di pendidikan vokasi dengan kebutuhan DUDI dilakukan melalui penyusunan kurikulum bersama, mengajak dosen dari industri untuk mengajar di institusi pendidikan vokasi, peningkatan kompetensi peserta didik dan mahasiswa, pemberian beasiswa, program magang dan training, dan rekrutmen. Terwujudnya kerja sama antara pendidikan vokasi dengan DUDI juga ditandai dengan selarasnya pendidikan di vokasi dengan kebutuhan industri. Pertama, yakni keselarasan kurikulum sehingga para lulusan pendidikan vokasi langsung bisa menjadi tenaga yang terampil dan mumpuni begitu masuk ke industri. Kedua, memberikan sertifikasi layak kerja, di mana kompetensi para lulusan telah diakui oleh industri.

Ketiga, mengembangkan rekognisi pembelajaran lampau (RPL) untuk memperbesar keterlibatan para pakar di industri sebagai pengajar di institusi pendidikan vokasi. Keempat, membangun sistem tracer study untuk mengalalisis alignment index lulusan pendidikan vokasi di DUDI. Programprogram kemitraan dan penyelarasan tersebut menjadi strategi bersama untuk membangun aliansi yang kokoh sehingga institusi pendidikan vokasi, baik di SMK, perguruan tinggi vokasi, maupun lembaga kursus dan pelatihan Bersama DUDI dapat menjadi aktor utama dalam meningkatkan daya saing bangsa dan pertumbuhan ekonomi yang berujung pada kesejahteraan bangsa.

1.  Agar bonus demografi optimal perlu sinkronisasi dan sinergi kelembagaan yang terkait dan pemangku kepentingan ke empat strategi dimaksud.

2.   Kunci penggerak perekonomian adalah pada tenaga kerja yang perlu diprioritaskan guna meningkatkan produktivitasnya.

3.   Bonus demografi merupakan kesempatan dan tantangan yang perlu dikelola dengan baik agar tidak jadi musibah.






Optimisme Revitalisasi SMK

Revitalisasi SMK dipayungi dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Hadirnya Inpres tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia (SDM) lulusan SMK. Inpres tersebut mengamanatkan Kemendikbud melakukan penyelarasan kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, kerja sama dengan kementerian dan lembaga yang terkait, serta penyesuaian standar kompetensi pendidikan vokasi dengan kebutuhan pasar kerja.

a.    Industri terlibat langsung dengan pembelajran di SMK

b.    Adanya sertifikasi kompetensi siswa yang diakui industri

c.    Adanya sertifikasi kompetensi bagi guru

d.    Kurikulum yang disusun bersama industri

e.    Perubahan mindset pengelola SMK

f.     Pendampingan pelaksanaan kurikulum dari balai besar dan perguruan tingi

Sebagai tindak lanjut Inpres Nomor 9 Tahun 2016, Kemendikbud menyusun peta jalan revitalisasi SMK. Selain itu pemenuhan kebutuhan guru produktif dan peningkatan kompetensi guru produktif juga dijalankan. Pemenuhan kebutuhan guru produktif dijalankan dengan program keahlian ganda. Program keahlian ganda merupakan solusi yang paling tepat dijalankan, karena jumlah guru produktif masih sangat kurang sementara untuk melakukan pengadaan guru pegawai negeri sipil (PNS) tidak dapat dilakukan dengan cepat. Program keahlian ganda dilaksanakan dengan melakukan pelatihan kepada guru-guru normatif adaptif agar memiliki kompetensi sebagai guru produktif.

Salah satu institusi sekolah yang mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu terjun langsung di dunia kerja setelah lulus adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Upaya peningkatan kualitas lulusan SMK telah dilakukan sejak berdirinya Sekolah Pertukangan pertama di Indonesia pada tahun 1853 yang berlokasi di Surabaya. Sekolah kejuruan di Indonesia telah berusia satu setengah abad hingga sekarang apabila sekolah tersebut dijadikan patokan. SMK dipersiapkan untuk mencetak tenaga terampil yang siap bekerja dengan berbagai kompetensi dan mampu mengikuti perkembangan IPTEK. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa SMK merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan mempunyai tujuan umum untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengembangkan potensi peserta didikagar memiliki akhlak mulia, pengetahuan dan wawasan kebangsaan yang luhur; serta mempunyai tujuan khusus yaitu menyiapkan peserta didik dengan pengetahuan, kompetensi, teknologi dan seni agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi.


Kemendikbud juga memfasilitasi kerja sama SMK dengan DUDI. Kerja sama tersebut akan menguntungkan kedua belah pihak, terutama lulusan SMK akan lebih mudah terserap oleh dunia kerja. Tahun 2016, sebanyak 26.206 SMK bekerja sama dengan DUDI. Tahun 2017, jumlah tersebut meningkat menjadi 34.116 SMK, tahun 2018 naik menjadi 40.052 SMK, dan tahun 2019 (per bulan Juli 2019) berjumlah 40.095 SMK. Selain itu Kemendikbud juga memberikan bantuan untuk pengembangan teaching factory di SMK. Teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran di SMK berbasis produksi barang atau jasa yang mengacu pada standard an prosedur yang berlaku di dunia industri. Adanya teaching factory akan membuat lulusan SMK terbiasa bekerja mengikuti prosedur baku untuk menghasilkan barang atau jasa dengan standar yang sama dengan di dunia industri. Tahun 2016, jumlah teaching factory yang dibangun berjumlah 73 unit. Tahun 2017 meningkat menjadi 200 unit, tahun 2017 menjadi 228 unit, dan tahun 2019 meningkat menjadi 500 unit teaching factory.

 


 

 


Photo Galery

Prodmat 1
Prodmat 2
Prodmat 3
Prodmat 4
Prodmat 5