PAS adalah syarat kenaikan kelas yang dirancang guna mendorong aktivitas belajar yang bermakna. Ujian ini tidak perlu mengukur capaian kurikulum secara menyeluruh.
Ujian dilakukan dalam bentuk portofolio, berupa: nilai rapor, nilai sikap, atau hasil praktik beserta karya siswa.
Penilaian juga dapat berupa penugasan. Pihak sekolah maupun guru dapat memberikan tugas sekolah kepada siswa sesuai materi yang sudah dipelajari.
Ujian dapat dilakukan dengan penilaian lain yang ditetapkan oleh satu Pendidikan, misal: ujian lisan, praktik, penugasan
PAS dilakukan melalui ujian Praktek / portofolio
Tips Belajar Menjelang PAS
Ilustrasi persiapan belajar PAS (Arsip Zenius)
Tips belajar menjelang PAS.
Membuat Porsi Waktu Belajar yang Efisien : Tentukan hal-hal yang menjadi prioritas utama. Penting diperhatikan jangan sampai mendesak setiap harinya. Tentukan porsi waktu belajar yang efisien dengan cara bikin to do list.
Asah Fundamental Skills!
Pelajari Materi dari Konsepnya
Review Materi Sampai Paham
Sering mengerjakan Latihan Soal
Syarat Menyelesaikan Program Pembelajaran
Penting untuk diketahui, bahwa syarat tuntasnya suatu program pembelajaran yakni ditentukan oleh nilai rapor dan presensi. Adapun syarat menyelesaikan program pembelajaran berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan terangkum sebagai berikut:
1. Portofolio Berupa Evaluasi atau Nilai Rapor
Selama proses pembelajaran sekaligus ujian yakni dengan mengandalkan sistem jaringan. Sedangkan untuk wilayah dan kondisi tertentu tetap menggunakan luar jaringan dengan metode portofolio dan penilaian rapor. Nilai rapor ini termasuk pada setiap semester.
Terutama pada siswa SMK yakni dibuktikan dengan rapor 5 semester terakhir. Sedangkan untuk rapor semester 6 dapat dijadikan nilai tambahan. Portofolio juga termasuk pada penghargaan dan prestasi yang dicapai oleh siswa misalnya seperti perlombaan dan lain-lain.
2. Penugasan
Penugasan yang dimaksud adalah seluruh pengerjaan tugas yang diberikan selama proses pembelajaran. Seperti adanya tugas harian maupun evaluasi materi yang dilakukan sebagai konsep pemahaman siswa. Hal ini turut menjadi sumbangsih nilai dan persentase terhadap kelulusan.
Hasil penugasan tersebut akan menjadi rekapitulasi sebagai bukti penyelesaian siswa terhadap pengerjaan tugas. Termasuk pertimbangan pihak sekolah dalam memutuskan kelulusan tersebut. Dengan demikian penting untuk tetap memperhatikan setiap tugas guna mendapat nilai terbaik.
3. Tes Luring dan Daring
Berikutnya adalah mengikuti tes pada luring maupun daring sesuai dengan kemampuan wilayah dan siswa. Meski menggunakan sistem online maupun hanya mengandalkan portofolio nilai, hal tersebut tetap wajib dipatuhi siswa dan dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Hal ini juga sebagai ganti dari ujian sebelumnya hanya saja dikemas dengan teknis tanpa pengumpulan siswa secara langsung. Selain itu metode kombinasi juga bisa diterapkan namun tetap kembali pada faktor geografis dan kemampuan siswa.
4. Bentuk Penilaian Berdasarkan Ketentuan Sekolah
Selain pada beberapa poin yang diatur oleh pemerintah, sekolah juga memiliki andil untuk terhadap proses penilaian siswa. Oleh sebab itu, biasanya terdapat beberapa sekolah yang memiliki pelaksanaan berbeda.
Misalnya dengan adanya tatap muka pada beberapa daerah zona hijau namun tetap dengan protokol kesehatan yang berlaku. Selain itu bisa juga sekolah menambahkan kriteria khusus lain sebagai syarat kelulusan.
5. Penilaian sikap
Ini salah satu yang penting juga. Seperti yang sudah dijabarkan di atas bahwa terdapat penilaian sikap sebagai syarat kenaikan kelas.
Naah,,,,setelah membaca deskripsi diatas,,coba tulis di kolom komentar,, apakah kalian sudah yakin dengan nilai PAS kalian di tahun ajaran 2021/2022?!!
Seberapa Efektif pembelajaran Kejuruan Berbasis Kompetensi (KBK) di SMK?
Pembelajaran KBK cocok diterapkan sebagai salah satu jenis pembelajaran di SMK karena dapat mengeksplorasi kemampuan/ potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa yang dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.implementasi prinsip-prinsip pembelajaran KBK di SMK dengan melibatkan partisipasi siswa secara aktif dalam menjabarkan, mengembangkan, dan mengimplementasikan soft skill dan hard skill dengan memfokuskan kompetensi atau kemampuan peserta didik.
Kurikulum Berbasis Kompetensi ini sangat cocok diimplementasikan di kurikulum SMK yang memang bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menguasai bidang yang diminati. Program keahlian yang dipilih oleh siswa dapat menjadi awal dari pengembangan etos kerja yang baik demi menjawab permintaan kebutuhan dunia industri. serta juga sebagai adaptasi siswa di industri yang berada di sekolah. Melalui pembelajaran berbasis kompetensi ini, diharapkan mutu lulusan lebih bermakna dan memiliki kompetensi-kompetensi tertentu sesuai yang kebutuhan lingkungan. KBK mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna. implementasi model pembelajaran yang menghasilkan mutu lulusan bermakna, peserta didik tidak hanya dibekali dengan pola pembelajaran yang mengarah pada kompetensi saja akan tetapi juga dibekali dengan karakter, pentingnya kedua poin ini yaitu, keterampilan dari segi kompetensi dan juga nilai karakter dapat berjalan beriringan sehingga lulusan terampil dari segi kompetensi dan memiliki karakter yang baik.
Keberhasilan pembelajaran dalam KBK dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yaitu guru membawa pembelajaran siswa ke dalam dunia nyata, seperti kontruksivisme, inquiry, learning counity dll, yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian peserta didik.
implementasi prinsip-prinsip pembelajaran KBK di SMK: Guru dapat memulai dengan mengucapkan salam, berdoa, presensi, apersepsi. Dapat juga diberi motivasi atau melakukan pre tes. Upaya yang dilakukan agar tujuan pembelajaran tercapai adalah menggunakan metode yang bervariasi :ceramah, diskusi, praktek, atau pengenalan langsung di lapangan Guru sebagai fasilitator dengan aktif memfasilitasi siswa, agar siswa belajar melalui pengalamannya. Siswa dituntut aktif untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan bimbingan dari guru. Fenomena ini mengikuti prinsip konstruktivitisme.
Manfaat Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
Memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih bertanggung jawab
Mengembangkan ketrampilan pada kecpatan tertentu
Memungkinkan siswa bersikap lebih bertanggung jawab terhadap kemajuan
Memotifasi dan membuat siswa aktif memusatkan perhatian pada tugas - tugasnya
Memungkinkan fasilitator menyesuaikan antara pelatihan dengan persyaratan kinerja
Memungkinkan instruktor menentukan waktu mulai, selesai dan kecepatan program
Menyederhanakan prosedur penilaian
Menjamin kemampuan lulusan di tempat kerja
Kelebihan Pembelajaran KBK:
a. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri. b. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Siswa dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Sampai saat ini media pembelajaran interaktif belum berkembang dengan optimal di Indonesia. Salah satu kendala pengembangan media pembelajaran interaktif adalah kurang dikuasainya teknologi pengembangan media interaktif oleh para pengajar/tutor dan pengelola Lembaga pendidikan di Indonesia.
Piranti lunak pengembangan materi pembelajaran yang ada saat ini seperti Course Builder, Authorware, Dreamweaver cukup rumit sehingga hanya dikuasai oleh para pemrogram komputer atau orang – orang yang dianggap cakap dalam dunia informatika akibatnya pengembangan materi pembelajaran interaktif dengan komputer kurang optimal.
Pengembangan media pembelajaran interaktif bisa optimal apabila dilakukan kerjasama antara programer komputer dengan para pengajar/tutor, atau kalau mau ideal lebih ideal adalah seorang pengajar/tutor menguasai program komputer. Tujuan dari materi pelatihan ini adalah membuat media pembelajaran interaktif secara mudah, bahkan untuk orang yang buta program komputer sekalipun.
B. MEDIA PEMBELAJARAN
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.
Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia; realita; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari materi pembelajaran. Namun demikian tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat.
Teknologi komputer adalah sebuah penemuan yang memungkinkan menghadirkan beberapa atau semua bentuk stimulus di atas sehingga pembelajaran akan lebih optimal. Namun demikian masalah yang timbul tidak semudah yang dibayangkan. Pengajar adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merealisasikan kelima bentuk stimulus tersebut dalam bentuk pembelajaran. Namun kebanyakan pengajar tidak mempunyai kemampuan untuk menghadirkan kelima stimulus itu dengan program komputer sedangkan pemrogram komputer tidak menguasai pembelajaran.
Jalan keluarnya adalah merealisasikan stimulus-stimulus itu dalam program komputer dengan menggunakan piranti lunak yang mudah dipelajari sehingga dengan demikian para pengajar akan dengan mudah merealisasikan ide-ide pengajarannya.
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan praktek-praktek dengan benar.
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1983). Kreteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk diubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.
Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995). Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga peserta didik tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan ketrampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.
Berikut ini adalah 10 langkah mudah yang dapat dipakai oleh seorang pengembang media pembelajaran interaktif dalam menyusun media pembelajaran
TENTUKAN JENIS MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF Perhatikan dengan benar, yang akan kita buat itu apakah alat bantu kita untuk mengajar (presentasi) ke peserta didik atau kita arahkan untuk bisa dibawa pulang peserta didik alias untuk belajar mandiri di rumah atau sekolah. Jenis multimedia pembelajaran menurut kegunannya ada dua:
a. Multimedia Presentasi Pembelajaran: Alat bantu pendidik dalam proses pembelajaran di kelas dan tidak menggantikan pendidik secara keseluruhan. Berupa pointer-pointer materi yang disajikan (explicit knowledge) dan bisa saja ditambahi dengan multimedia linear berupa film dan video untuk memperkuat pemahaman peserta didik. Dapat dikembangkan dengan software presentasi seperti: OpenOffice Impress, Microsoft PowerPoint, dsb.
b. Multimedia Pembelajaran Mandiri: Software pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik secara mandiri alias tanpa bantuan pendidik. Multimedia pembelajaran mandiri harus dapat memadukan explicit knowledge (pengetahuan tertulis yang ada di buku, artikel, dsb) dan tacit knowledge (know how, rule of thumb, pengalaman pendidik). Tentu karena menggantikan pendidik, harus ada fitur assesment untuk latihan, ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalahnya. Untuk level yang kompleks dapat menggunakan software semacam Macromedia Authorware, Macromedia director atau Adobe Flash. Kita juga bisa menggunakan software yang mudah seperti OpenOffice Impress atau Microsoft PowerPoint, asal kita mau jeli dan cerdas memanfaatkan berbagai efek animasi dan fitur yang ada di kedua software tersebut.
TENTUKAN TEMA MATERI AJAR Ambil tema bahan ajar yang menurut kita sangat membantu meningkatkan pemahaman ke peserta didik dan menarik bila kita gunakan multimedia. Ingat bahwa tujuan utama kita membuat multimedia pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Jangan terjebak ke memindahkan buku ke media digital, karena ini malah mempersulit peserta didik. Ketika pendidik biologi ingin menggambarkan sebuah jenis tumbuhan supaya bisa dipahami peserta didik, dan itu sulit ternyata dilakukan (karena pendidik tidak bisa nggambar di komputer, dsb), maka ya jangan dilakukan Alangkah lebih baik apabila pohon tersebut dibawa saja langsung ke depan kelas. Ini salah satu contoh bagaimana media pembelajaran itu sebenarnya tidak harus dengan teknologi informasi. Dalam sertifikasi pendidik, pemanfaatan media pembelajaran seperti pohon itu, atau kecoak dikeringkan, dsb tetap mendapatkan poin penilaian yang signifikan.
MENYUSUN GAMBARAN UMUM MEDIA Dalam tahapan ini dibuat spesifikasi secara rinci mengenai arsitektur media, gaya, dan kebutuhan material untuk pembuatan media. Spesifikasi dibuat secara rinci sehingga pada tahap berikutnya yaitu pada saat melakukan pengumpulan materi dan pemasangan materi tidak diperlukan keputusan baru tetapi menggunakan apa yang sudah ditentukan pada tahap design. Anda harus mampu memeras kemampuan dan ide untuk membuat flowchart dan story board, karena dengan begitu anda dapat menunjukkan imajinasi dalam sebuah adegan dari alur cerita yang akan anda susun. Idealnya flowchart dan story board yang anda susun harus dapat dipahami oleh orang-orang yang akan anda jadikan tim dalam membuat proyek media pembelajaran interaktif (anda tidak akan bekerja sendirian, bukan ??)
SUSUN DIAGRAM ALIR (FLOWCHART) Diagram alir akan sangat membantu anda dalam menyusun media, diagram alir akan memberikan gambar aliran dari satu scene (tampilan) ke scene lainnya secara lengkap. Untuk membuat diagram alir, anda dapat menggunakan kaidah-kaidah dalam penyusunan flowchat, atau mengunakan versi anda sendiri. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun diagram alir tentunya diagram tersebut informatif dan tidak membingungkan anda sendiri ketika mulai menyusun media ( lihat contoh pada handout- 2 : contoh rancangan media)
SUSUN ALUR CERITA (STORYBOARD) Susun alur cerita atau storyboard yang memberi gambaran seperti apa materi ajar akan disampaikan. Jangan beranggapan bahwa storyboard itu hal yang susah, bahkan point-point saja asalkan bisa memberi desain besar bagaimana materi diajarkan sudah lebih dari cukup. Cara membuatnya juga cukup dengan software pengolah kata maupun spreadsheet yang kita kuasai, tidak perlu muluk-muluk menggunakan aplikasi pembuat storyboard professional. Untuk storyboard sederhana, berikut ini contoh storyboard media pembelajaran interaktif.
PENGUMPULAN MATERIAL Pengumpulan bahan atau materi dapat dikerjakan paralel dengan tahap perakitan media (assembly). Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan seperti clip art image, animasi, audio, foto, video dan lain sebagainya. Pada tahap ini biasanya anda juga perlu mengadakan beberapa perlakuan atau pengolahan terhadap material atau bahan yang sifatnya masih mentah, tentunya dibutuhkan software pendukung untuk pengolahan bahan yang masih mentah. Anda dapat menggunakan macromedia firework, photoshop atau coreldraw untuk mengolah bahan-bahan grafis, menggunakan adobe audtion atau cool edit jika ingin mengolah audio, adobe premiere atau pinacle jika ingin mengolah video, macromedia flash atau swish MX jika ingin mengolah animasi. Pilihan-pilihan software diatas tergantung selera anda, dan seberapa familier anda dengan software tersebut.
MULAI BUAT SEKARANG Jangan menunda atau mengulur waktu lagi, buat sekarang juga! Siapkan kertas anda atau computer anda anda. Mulai buat rancangan pertama, isikan bahan ajar yang ingin anda multimedia-kan. Terus masukkan bahan ajar anda di kertas anda berikutnya, mulai mainkan image, link dengan gambar, suara dan video yang bisa kita peroleh dengan gampang di Internet. Bisa juga memanfaatkan internet untuk mencari ide Jangan lupa juga bahwa banyak pemenang-pemenang lomba pengembangan multimedia pembelajaran yang hanya bermodal Openoffice Impress atau PowerPoint sudah cukup membuat karya yang berkualitas tinggi. Kuncinya adalah tekun, sabar dan pantang menyerah. Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa didapat secara instan, semua melewati proses panjang.
GUNAKAN TEKNIK ATM Terapkan metode ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Usahakan sering melihat contoh-contoh yang sudah ada untuk membangkitkan ide. Gunakan logo, icon dan image yang tersedia secara default. Apabila masih kurang puas: 1) Cari dari berbagai sumber 2) Buat sendiri apabila mampu.
TETAPKAN TARGET Jaga keseriusan proses belajar dengan membuat target pribadi, misalnya untuk mengikuti lomba, memenangkan award, menyiapkan produk untuk dijual, atau deadline jadwal program/projek. Target perlu supaya proses belajar membuat multimedia pembelajaran terjaga dan bisa berjalan secara kontinyu alias tidak putus di tengah jalan. Untuk lomba dan award, paling tidak di Indonesia ada berbagai event nasional yang bisa kita jadikan target. Balai pengembangan multimedia dan dinas pendidikan nasional di berbagai daerah saat ini sudah mulai marak menyelenggarakan berbagai event lomba di tingkat local dalam bidang multimedia.
INGAT TERUS TIGA RESEP DARI SUCCESS STORY Dari pengalaman selama penulis menjadi pemngembang media pembelajaran dalam mengembangkan multimedia pembelajaran bukan dari kelengkapan infrastruktur atau berlimpahnya budget yang dimiliki, tapi justru dari ketiga hal ini: a. Berani mencoba dan mencoba lagi b. Belajar mandiri (otodidak) dari buku-buku yang ada (perlu investasi membeli buku) c. Tekun dan tidak menyerah meskipun peralatan terbatas
Multimedia berarti kombinasi dari beberapa media yang saling berkolaborasi. Media terdiri dari audio, video, gambar, teks, komputer, dan lain-lain. Menurut Rosch dalam buku M.Suyanto (2005:20) multimedia secara umum berarti kombinasi tiga elemem yaitu suara, gambar, dan teks. Secara singkat multimedia memiliki perangkat-perangkat diantaranya : CD-ROM atau DVD-ROM, sound card, dan speaker. Multimedia juga memiliki dua jenis yaitu interaktif dan non-interaktif. Secara sederhana, perbedaan jenis itu dari respon penggunanya. Multimedia interaktif berarti pengguna akan bergerak dan merespon aktif dan mampu memilih aktif adegan yang diinginkan. Contohnya adalah games, simulator, dan tutorial. Sedangkan multimedia non-interaktif berarti pengguna bertindak pasif dan menyaksikan adegan dengan berurutan seperti live streaming dan presentasi. Media pembelajaran melibatkan pengguna dalam aktivitas-aktivitas yang menuntut mental dalam pembelajaran. Dari perspektif ini aktiva mental spesifik yang dibutuhkan didalam media pembelajaran dapat dibangkitkan melalui manipulasi peristiwa-peristiwa intruksional (instructional event) yang sistematis. Disini secara tegas menyatakan peran penting suatu desain intruksional didalam media pembelajaran (educational multimedia).
Pada dasarnya tujuan dari pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia adalah sedapat menggantikan dan melengkapi tujuan, materi, metode dan alat penilaian yang ada dalam proses belajar mengajar dalam sistem pembelajaran konvensional. Dengan penerapan multimedia ini diharapkan akan mampu memberikan perubahan dalam suasana belajar, sehingga dapat menimbulkan motivasi khususnya dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan teknologi multimedia membantu dalam upaya meningkatkan motivasi siswa, eksplorasi dan peningkatan materi pelajaran di sekolah. Aplikasi teknologi multimedia berupa tutorial, simulasi, virtualisasi dan mempermudah mendapatkan informasi, transmisi dan pengerjaan tugas rutin secara otomatis. Jenis pembelajaran seperti ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya : sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif, siswa mampu lebih aktif untuk komunikasi dua arah dengan pengajar, siswa lebih terlatih untuk lebih kreatif dan berani bertanya, pengajar harus kreatif inovatif untuk mencari terobosan pembelajaran, mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, music, animasi, dan navigasi, menambah motivasi pembelajar selama proses belajar mengajar, dan mampu memvisualisasikan materi yang sekiranya sulit diterangkan dengan cara konvensional.
Menurut
Abidin (2013: 267-269) ada beberapa aspek utama yang harus diperhatikan dalam
membuat bahan ajar yaitu antara lain :aspek materi, aspek penyajian materi, aspek
grafika, dan aspek bahasa dan keterbacaan. Yang harus disiapkan dalam penyusunan
bahan ajar : petunjuk belajar
(petunjuk siswa atau guru), kompetensi yang akan
dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja, dapat
berupa lembar kerja (LK) dan evaluasi.
Bentuk Bahan Ajar
Bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart
·Audio Visual seperti: video/film,VCD
·Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH
·Visual: foto, gambar, model/maket
·Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet
Sebelum
masa pandemi, bahan ajar yang paling dominan dipakai adalah bahan ajar cetak
seperti buku, modul dan lembar kerja siswa. Sementara untuk bahan ajar yang
lain sebagai pendukung. Tetapi sejak masa pandemi sampai sekarang justru
terbalik. Yang paling dominan adalah adalah multimedia seperti Google Classroom
dan LMS. Untuk kegiatan evaluasi secara terstruktur dalam arti dilakukan
penelitian secara khusus terkait dengan sisi positif dan negatifnya belum
dilakukan.
Sementara
bahan pengajaran menurut sifatnya dapat dibagi menjadi empat macam yaitu sebagai
berikut ini : (1) Bahan ajar yang berbasiskan
cetak, Contohnya : Buku famlet,
panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto
dari majalah atau koran, dan sebagainya. (2) Bahan ajar yang berbasiskan
teknologi, Contohnya
: Audio Cassette, siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassetes, siaran
televisi, video interaktif, tutorial, dam multi media. (3) Bahan ajar yang
dipergunakan untuk praktek atau proyek, Contohnya : kits sains,
lembar observasi, lembar wawancara. (4) Bahan pengajaran yang
dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), Contohnya: telepon, handphone, video
conferencing, dan lain sebagainya.
Prinsip-prinsip
dalam penyusunan materi pembelajaran atau bahan ajar meliputi beberapa
aspek yaitu relevansi, konsistensi, dan kecukupan . Arti dari
relevansi adalah keterkaitan, yaitu ada kaitan atau hubungan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, Konsistensi dalam hal ini
adalah Konsistensi Sebuah bahan ajar harus mampu menjadi solusi dalam
pencapaian kompetensi sedangkan Kecukupan adalah Kecukupan Prinsip kecukupan
artinya, materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasasi kompetensi yang diajarkan . ( Depdiknas 2006).
Penyusunan
materi pembelajaran adalah salah satu hal yang penting harus oleh seorang guru
sedangakn tujuan penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut : (a) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar
yang sesuai dengan karakteristik dan etting atau lingkungan sosial peserta
didik. (b) Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif
bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. (c) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Sedangakan
prinsip penyusunan materi pembelajaran atau bahan ajar adalah sebagai berikut: (a) Prinsip Relevansi Materi pembelajaran hendaknya
relevan atau terdapat kaitan antara materi dengan pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Misalnya dalam menyajikan konsep, definisi, prinsip,
prosedur, contoh, dan pelatihan harus berkaitan dengan kebutuhan materi pokok
yang terkandung dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga siswa
dapat dengan mudah mengidentifikasi dan mengenali gagasan, menjelaskan ciri
suatu konsep, dan memahami prosedur dalam mencapai suatu sasaran tertentu. (b) Prinsip Konsistensi Sebuah bahan ajar harus mampu
menjadi solusi dalam pencapaian kompetensi. Dalam penyusunan bahan ajar yang
harus diperhatikan adalah indikator yang harus dicapai dalam kompetensi dasar.
Apabila terdapat dua indikator maka bahan yang digunakan harus meliputi dua
indikator tersebut. (c) Prinsip Kecukupan Prinsip kecukupan artinya, materi
yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasasi
kompetensi yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak terlalu
banyak.
Apabila materi
yang diberikan terjadi kekurangan , maka siswa juga akan kurang dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Apabila materi yang diberikan terlalu banyak, maka siswa
akan merasa bosan dan pembelajaran membutuhkan waktu yang banyak. Padahal yang
dibutuhkan dalam pembelajaran adalah materi yang sesuai dengan kompetensi dasar
baik dalam segi isi maupun banyaknya materi. Dalam rangka mengembangkan bahan
ajar yang harmonis, bermutu, dan bermartabat, Abidin 2014:267 menyampaikan
bahwa ada beberapa aspek utama bahan ajar yang harus diperhatikan guru.
Beberapa aspek
utama tersebut adalah aspej materi, aspek penyajian, dan aspek kebahasaan.
Ketiga aspek tersebut diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan aspek materi,
bahan ajar yang dikembangkan guru hendaknya memerhatikan beberapa hal
sebagaimana tercermin pada pedoman penilaian bahan ajar yang dikembangkan
Puskurbuk sebagai berikut: (1). Kesesuaian Kurikulum ; (a) Bahan pelajaran
dengan Kompetensi Inti, kompetensi dasar, dan indikator kurikulum. (b) Materi
disajikan secara terpadu dengan konteks pendidikan dan konteks kemasyarakatan. (c) Kesesuaian
pengayaan materi dengan kurikulum. (2) Kesesuaian materi dengan tujuan pendidikan. (3) Kesesuaian
muatan dengan tujuan pendidikan. (4) Kesesuaian
penggunaan materi dengan tujuan pendidikan. (5) Kebenaran materi menurut ilmu yang diajarkan : (a) Kebenaran menerapkan prinsip kemampuan berdasarkan
teori keilmuan yang diajarkan. (b) Kebenaran menerapkan prinsip-prinsip keilmuan
tertentu. (c) Ketepatan penggunaan bahan bacaan dengan prinsip
keilmuan tertentu. (d) Ketepatan materi berdasarkan perkembangan terbaru
dari keilmuan tertentu.
Kesesuaian materi dengan perkembangan kognisi siswa : Struktur bahan ajar sesuai perkembangan kognisi
siswa, Materi mengandung unsure edukatif, Materi mengandung muatan karakter.
Berdasarkan
aspek penyajian, bahan ajar yang dikembangkan guru hendaknya memerhatikan
beberapa hal sebagai berikut : (a) Tujuan
pembelajaran harus dinyatakan secara eksplisit, (b) Penahapan
pembelajaran dilakukan berdasarkan kerumitan materi, (c) Penahapan
pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan thapan model tertentu yang dipilih
dan digunakan guru dalam pembelajaran, (d) Penyajian
materi membangkitkan minat dan perhatian siswa, serta mudah dipahami siswa, (e) Mendorong
keaktifan siswa untuk berpikir dan belajar. (f) Bahan kajian
yang berkaitan harus dihubungkan dengan materi yang disusun, (g) Penyajian
materi mendorong kreativitas dan keaktifan siswa untuk berpikir dan bernalar, (h) Materi
hendaknya disajikan berbasis penilaian formatif otentik, (i) Soal disusun
pada setiap akhir pembelajaran.
Berdasarkan aspek kebahasaan, bahan ajar yang
dikembangkan guru hendaknya memerhatikan beberapa hal sebagai berikut : (a) Penyajian
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (b) Penggunaan
bahasa yang dapat meningkatkan daya nalar dan daya cipta anak melalui
penggunaan bahasa laras keilmuan, (c) Penggunaan
bahasa struktur dan isi sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa, (d) Paragraf dikembangkan
secara efektif dan baku, (e) Kesesuaian
ilustrasi visual dengan wacana, materi keilmuan, dan kebenaran faktual, (f) Kejelasan dan
kemenarikan grafemik dan ilustrasi visual yang terdapat dalam bahan ajar, (g) Kesesuaian
materi dengan tingkat kemampuan siswa.
Ketiga aspek utama dalam pengembangan bahan ajar
tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang harus diperhatikan guru dalam
mengembangkan bahan ajar. Ketiganya memiliki peranan penting dalam mewujudkan
bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan pendidikan yakni menciptakan generasi
muda yang madani secara keilmuan dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan
karakter dan budaya bangsa.
Departemen Pendidikan Nasional (2008: 145-162)
memberikan cakupan bahan ajar, meliputi: (1) judul, (2) materi pembelajaran, (3) standar kompetensi, (4) kompetensi dasar, (5) indikator, (6) petunjuk belajar, (7) tujuan yang dicapai, (8) informasi pendukung, (9) latihan, (10) petunjuk kerja, dan (11) penilaian.
Mbulu (2004: 88) menyatakan bahwa penyusunan bahan
ajar harus memuat: (1) teori, istilah, persamaan, (2) contoh soal dan contoh praktik, (3) tugas-tugas latihan, pertanyaan, dan soal-soal
latihan, (4) jawaban dan penyelesaian tugas-tugas itu, (5) penjelasan mengenai sasaran belajar, contoh
ujian, (6) petunjuk tentang bahan yang dianggap diketahui, (7) sumber pustaka, dan (8) petunjuk belajar.
Sulistyowati (2009) menyatakan bahwa komponen bahan
ajar terdiri atas: (1) petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), (2) kompetensi yang akan dicapai, (3) content atau isi materi
pembelajaran, (4) informasi pendukung, (5) latihan-latihan, (6) petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja, (7) evaluasi, dan (8) respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komponen bahan ajar terdiri atas: (1) identitas mata pelajaran, meliputi judul,
materi, kompetensi, indikator, tujuan, (2) petunjuk belajar, meliputi petunjuk untuk siswa
dan guru, (3) isi materi pembelajaran, (4) informasi pendukung, (5) latihan-latihan, lembar kerja, (6) penilaian, (7) respon/balikan/ refleksi.
Bahan
ajar merupakan bagian yang sangat penting pada pembelajaran, khususnya bagi guru
dan siswa, oleh karena itu untuk penyusunannya harus benar-benar sistematis
supaya bahan ajar tersebut dapat diterima dengan baik oleh siswa, oleh karena
itu sebelum menyusun bahan ajar, harus mempertimbangkan alur analisis
penyusunan bahan ajar, apakah bapak/ibu sebelum menyusun bahan ajar juga
membuat alur analisis terlebih dahulu, Dalam alur analisis yang baik
menurut saya ada 3 tahapan, yaitu reduksi data, penyajian dan verifikasi data.
Reduksi data dihasilkan dari proses observasi, wawancara, dokumentasi.
Peta penyusunan bahan ajar
Peta kebutuhan
bahan ajar disusun setelah diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus
disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan bahan ajar
sangat diperlukan guna mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan
sekuensi atau urutan bahan ajarnya seperti apa. Sekuensi bahan ajar ini sangat
diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Di samping itu peta dapat
digunakan untuk menentukan sifat bahan ajar, apakah dependen tergantung atau
independen berdiri sendiri. Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada
kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, sehingga
dalam penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau
saling mempersyaratkan. Sedangkan bahan ajar independen adalah bahan ajar yang
berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat
dengan bahan ajar yang lain. Sebagai contoh peta bahan ajar untuk Biologi SMA
semester I Peta diambil dari SK nomor 2, KD nomor 1, dimana materi pokok
sebagai judul bahan ajar.
Bahan ajar
adalah materi yang dipakai untuk menolong guru untuk melakukan aktivitas
pembelajaran di kelas. Menurut Widodo dan Jasmadi dalam Lestari 2013:1,
bahan ajar dapat berbentuk lisan maupun tulisan dan beraneka lain macamnya
bahan ajar adalah fasilitas atau tools pembelajaran yang didalamnya terdiri
dari metode, media, model, materi pembelajaran, standar/parameter dan metode
evaluasi yang dirancang dengan terstruktur.
Langkah-langkah
penyusunan bahan ajar dibuat berdasarkan tujuan dan manfaat yang akan dicapai.
Langkah-langkah pokok dalam penyusunan dan pembuatan bahan ajar terdiri dari
analisis kebutuhan belajar, menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar
berdasarkan struktur masing-masing bentuk bahan ajar.
Penyusunan Bahan Ajar yang Interaktif
Bahan ajar interaktif ,diperlukan pengetahuan dan
keterampilan pendukung seperti komputer,kamera video,dan kamera foto. Bahan
ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk compact disc.
Penyusunan Bahan Ajar Interaktif Menurut
Diknas(2004).
·Menurunkan judul dari kompetensi dasar atau materi
pokok
·Menuliskan petunjuk pembelajarannya.
·Menjelaskan informasi pendukung secara jelas,padat
dan menarik dalam bentuk tertulis maupun gambar diam atau bergerak.
·Menuliskan tugas-tugas dalam program interaktif .
·Melakukan penilaian terhadap hasil karya.
·Menambahkan bahan dari berbagai sumber belajar yang
dapat memperkaya materi,misalnya buku,majalah,internet dan jurnal penelitian
Untuk
mengevaluasi bahan ajar, tentu diawali dengan pengembangan bahan ajar seperti
modul. Kemampuan mengembangkan bahan ajar tidak muncul begitu saja pada saat
Anda mempelajari modul tentang pengembangan bahan ajar yaitu memahami faktor
dan prosedur pengembangan bahan ajar melainkan juga dapat dikembangkan dari
hasil evaluasi bahan ajar. Bahan ajar yang disusun efektif dan informatif apa
tidak diperlukan adanya evaluasi bahan ajar
1.Siapa yang akan dilibatkan dalam mengevaluasi bahan
ajar ?
2.Apa yang akan
dievaluasi?
Ada tiga cara mengevaluasi
bahan ajar, 1. Evaluasi bersama guru mata pelajaran 2. Evaluasi MGMP bersama Pengawas mata pelajaran 3. Evaluasi bahan ajar langsung di kelas bersama
siswa Apa saja yang dievaluasi? 1. Konten bahan ajar terkait materi pembelajaran 2. prosedur pembelajarannya