Model Pengajaran Pendidikan Vokasi
Pengertian Model pembelajaran
Model juga dapat dipandang
sebagai upaya dan untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan
sebuah analogi dan representasi dari variable-variabel yang terdapat di dalam
teori tersebut. Sedangkan menurut Robins, “A model is an abstraction of
reality; a simplified representation of some real-world phenomeno. Maksud dari
definisi tersebut, model merupakan representasi dari beberapa fenomena yang ada
di dunia nyata.
Model juga merupakan suatu
rancangan yang dibuat khusus dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis
untuk diterapkan dalam suatu kegiatan. Selain itu juga model sering disebut
dengan desain yang dirancang sedemikian rupa untuk kemudian diterapkan dan
dilaksankan.
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Berdasarkan teori pendidikann dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok di susun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey, model ini dirancang untuk melatih pertisipasi dalam kelompok secara demokratis.
- Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
- Dapat dijadikann pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
- Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : a) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); a) adanya prinsip-prinsip reaksi; c) sistem sosial; d) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
- Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi ; a) dampak pembelajaran, y aitu hasil belajar yang diukur; 2) dampak penggiring yaitu hasil belajar jangka panjang.
- Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Peningkatan kemampuan dan keterampilan bagi generasi muda calon tenaga kerja merupakan tanggung jawab dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses penyiapan SDM yang berkualitas, tangguh dan terampil. Dengan kata lain, melalui pendidikan akan diperoleh calon tenaga kerja yang berkualitas sehingga lebih produktif dan mampu bersaing dengan rekan mereka dari negara lain.
Senada dengan pendapat Tony Wagner di atas, dari berbagai literatur menyebutkan bahwa di abad 21 ini, siswa sebagai produk pendidikan dituntut memiliki kompetensi :
- Communication Skills
- Critical and Creative Thinking
- Information/Digital Literacy
- Inquiry/Reasoning Skills
- Interpersonal Skills
- Multicultural/Multilingual Literacy
- Problem Solving
- Technological Skills
Tujuan pendidikan pada abad XIX atau abad industri adalah untuk membentuk dan melatih seseorang dalam suatu pola perilaku tertentu, sesuai dengan standar yang ditentukan sebelumnya. Hasil pendidikan merupakan tamatan dengan perilaku sesuai tuntutan proses produksi yang rutin, yaitu mereka yang berperilaku sederhana, statis dan pola perilakunya dapat diduga sebelumnya. Namun demikian dunia kerja yang digambarkan tersebut saat ini hampir tidak ada lagi. Dalam era global, yang pasti adalah ketidakpastian itu. Oleh karenanya tugas pendidikan dan pelatihan adalah untuk menyiapkan manusia yang mampu berpikir, bersikap dan bertindak secara kreatif menghadapi perubahan yang tidak terduga.
Dari uraian di atas jelas bahwa peran pendidikan ke depan adalah untuk menyiapkan SDM era global yang memiliki hard competencies dan soft competencies secara terintegrasi untuk mampu berpikir, bersikap dan berbuat secara kreatif dalam situasi yang tidak dapat diduga sebelumnya. Dalam upaya memenuhi tuntutan tersebut beberapa negara telah melakukan berbagai pendekatan dalam pendidikannya sebagai respon atas perubahan tuntutan akan kualitas tenaga kerja. Sukamto (2001) menyatakan beberapa usaha yang dilakukan untuk merespon perubahan tersebut antara lain:
- Dengan pendekatan kompetensi yang pada dasarnya didorong keinginan mendekatkan dunia pendidikan dengan kebutuhan users, termasuk dunia kerja. Pendekatan inilah yang dipakai sekarang di Indonesia.
- Pembelajaran ke arah kontekstual, work based learning, pelatihan siap pakai dan konsep link and match. Asumsinya adalah dengan lebih dulu mengidentifikasi perangkat kompetensi lulusan atau konteks aplikasi pengetahuan, atau kebutuhan dunia bisnis dan industri, isi dan poses pendidikan di sekolah atau tempat pelatihan lebih berpeluang untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
- Gerakan ke arah sebaliknya dengan mendesain komponen kurikulum yang membekali kemampuan dasar yang diperluas (broad-based curriculum), menambah komponen kurikulum adaptif yang diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas lulusan, atau bahkan di beberapa negara ada trend ke arah kurikulum yang terintegrasi dan mengarah kepada penyatuan kembali jalur akademik dan vokasional.
- Di Australia perubahan karakteristik dunia kerja telah mendorong pemerintahnya untuk menempatkan kebijakan di bidang pendidikan dan pelatihan dalam bingkai pendidikan sepanjang hayat. Konsep pendidikan sepanjang hayat yaitu dengan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan segala umur sesuai dengan tingkat pertumbuhan, bahkan untuk kebutuhan pengembangan karir mereka yang sudah bekerja. Asumsinya adalah bahwa membekali anak didik untuk dapat memasuki dunia kerja memang penting, tetapi belum cukup untuk menjamin mereka bertahan dan berkembang mengikuti dinamika dunia kerja. Pembekalan calon tenaga kerja harus diperluas sampai mereka memiliki pengetahuan, kemampuan dan motivasi untuk menjadi pembelajar yang efektif sepanjang hidup mereka.
- Di Jepang, salah satu bentuk pendidikan yang mempersiapkan anak didik untuk memasuki lapangan kerja abad ini adalah dalam format comprehensive courses yang menyajikan pendidikan umum dan kejuruan secara terpadu dalam berbagai mata pelajaran pilihan sesuai dengan minat, kemampuan, bakat dan rencana karir masa depannya.
Jenis Model-Model Pembelajaran
- Model pembelajaran pemrosesan informasi (information processing Models) menjelaskan bagaimana cara individu member respon yang datang dari lingkukngannya dengan cara mengorganisasikan data, memfor-mulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan symbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada peserta didik sejumlah konsep, penge-tesan hipotesis, dan memusatkan perhtian pada kengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasiini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dan berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu, model ini poten-sial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan social di samping yang berdimensi intekeltual.
- Model pembelajaran personal (personal famly) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu peserta didik dengan memperhatian kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggun jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian pada pandangan perseo-rangan dan berusah menggalakkan kemamdirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.
- Model pembelajaran sosial (Sosial Famly) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan peserta didik agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap peserta ddik yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas social. Inti dari model sosial ini adalah konsep “synergy” yaitu energy atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Denman menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatakn peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran social. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing peserta didik mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpukan data yang relevan, dan mengembangkan serta menguji hipotesis. Karena itu guru seyogyanya mengorganisasikan belajar melalui kerja kelompok dan mengarahkannya. Jadi pendidikan harusdiorganisasi-kan dengan cara melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan masalah-masalah akademis.
- Model pembelajaran sistem prilaku dalam pembelajaran (Behavior Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori prilaku. Melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguaraian prilaku ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan.
Rumpun
Model-Model Pemrosesan Informasi
Rumpun Model-Model Pribadi/individual
Rumpun Model-Model Interaksi Sosial
Rumpun Model-Model Perilaku
Berikut sintak inkuiri sosial dari rumpun model pe,belajaran sosial
0 $type={blogger}:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mengunjungi