Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Kejuruan (TVET)
TVET, merupakan
bentuk pendidikan unik karena memiliki berbagai ciri khusus yang memberikan
cita rasa berbeda dengan pendidikan umum. Salah satu paket keunikan TVET tergambarkan
di dalam Kerangka Kerja Konseptual (Conceptual Framework).
Apabila ingin mengadakan TVET untuk suatu bidang tertentu, maka harus di
dahului dengan penyusunan Kerangka Kerja Konseptual. Kerangka Kerja Konseptual
secara keseluruhan mencerminkan arah pemikiran dan implementasi dari TVET yang
bersifat fleksibel
Pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan (TVET) adalah salah satu elemen pendidikan yang paling produktif. Selain mempersiapkan individu untuk dunia kerja dengan mengajari mereka keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk daya saing ekonomi, TVET juga bertanggungjawab untuk pengembangan pribadi pembelajarnya, dan untuk partisipasi efektif mereka dalam masyarakat. Kebutuhan tenaga kerja yang sangat terampil dan produktif membentuk ekonomi di seluruh dunia sangat diperlukan (Bünning, 2007:5). Untuk meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan, orang muda dan orang dewasa membutuhkan keterampilan yang fleksibel dan relevan dengan tuntutan masyarakat saat ini, di mana individu harus memiliki kombinasi pengetahuan, keterampilan praktis dan sosial dan sikap positif, serta kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara mandiri, kreatif dan bertanggung jawab (Bünning, 2007:5).
Charles A.
Prosser (morgancc.edu), telah mengembangkan dan mempublikasikan enam belas
teori sebagai dasar untuk program pengembangan pendidikan kejuruan, yaitu:
Pendidikan kejuruan akan efisien jika disediakan lingkungan belajar yang sesuai dengan (replika) lingkungan di tempat kelak mereka akan bekerja. Tidak semua sekolah vokasi di Indonesia mampu menyiapkan lingkungan belajar yang benar-benar sesuai atau replika industri.
Latihan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan jika tugas-tugas yang diberikan di dalam latihan memiliki kesamaan operasional dengan peralatan yang sama dan mesin yang sama dengan yang akan dipergunakan di dalam kerjanya kelak. Pendidikan kejuruan akan efektif jika latihan diberikan secara langsung dan spesifik di dalam pemikiran, perhatian, minat, dan intelegensi intrinsik dengan kemungkinan pengembangan terbesar.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika sejak latihan sudah dibiasakan dengan perilaku yang akan ditunjukkan dalam pekerjaannya kelak. Pemberian latihan kejuruan yang efektif untuk semua profesi, perdagangan, pekerjaan hanya dapat diberikan kepada kelompok terpilih yang memang memerlukan, menginginkan dan sanggup memanfaatkannya.
Latihan pendidikan kejuruan akan efektif jika pemberian latihan yang berupa pengalaman khusus dapat diberikan terwujud dalam kebiasaan-kebiasaan yang benar dalam melakukan dan berpikir secara berulang-ulang hingga diperoleh penguasaan yang tepat guna di pekerjaannya. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pelatihnya cukup berpengalaman dan menerapkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar. Untuk setiap pekerjaan terdapat kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh individu agar bisa menjabat pekerjaan itu. Jika pelatihan tidak diarahkan mencapai kompetensi minimal individu dan masyarakat akan rugi. Pendidikan kejuruan harus mengenal kondisi kerja dan harapan pasar.
Pendidikan kejuruan akan dirasakan efisien sebagai penyiapan
pelayanan bagi masyarakat untuk kebutuhan tertentu pada waktu tertentu.
Pendidikan kejuruan akan bermanfaat secara sosial jika hubungan manusiawinya diperhatikan. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika bersifat lentur dibandingkan yang kaku. Walaupun untuk sesuatu jenis pendidikan kejuruan telah diupayakan agar biaya per unit itu diperkecil, namun jika sudah sampai batas minimal tetapi ternyata hasilnya tidak efektif sebaiknya penyelenggaraan pendidikan kejuruan dibatalkan.
Pendidikan
kejuruan di Indonesia diselenggarakan pada sekolah tingkat menengah yaitu SMK
dan MAK. Sedangkan pendidikan akademik diselenggarakan di SMA dan MA. Pemisahan
pendidikan kejuruan dan pendidikan akademik merupakan ciri pokok dari
pendidikan dengan aliran filosofi esensialisme (Sudira, 2013)
Revitalisasi SMK telah berhasil mengubah penyelenggaraan sekolah tradisional menuju penyelenggaraan sekolah yang lebih profesional, penyiapan peralatan praktik, keselarasan kurikulum yang sesuai dengan Industri sudah mulai diimplementasikan pada SMK, hal ini dibuktikan dengan dilakukannya pembelajaran dengan model Teaching Factory. Revitalisasi ini yang dilakukan pemerintah pada SMK di Indonesia agar menuju replika Industri yang sebenarnya. Dengan demikian diharapkan tamatan SMK telah siap untuk bersaing pada dunia kerja.
Pembelajaran melalui pendekatan kejuruan dapat meningkatkan wirausaha dan produktivitas ekonomi rakyat, sehingga pendidikan kejuruan memainkan peran penting untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan membantu mereka berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
Program pendidikan kejuruan berfokus pada perolehan keterampilan, kemampuan, dan kompetensi yang sesuai sebagai perlengkapan yang diperlukan bagi individu untuk hidup dalam beradaptasi dengan situasi kerja nyata dan berkontribusi pada pengembangan masyarakatnya.
Pendidikan kejuruan membantu semua orang muda untuk mengamankan masa depan mereka sendiri dengan meningkatkan transisi mereka ke banyak peluang setelah sekolah. Pendidikan kejuruan dapat dilihat sebagai suatu aspek pendidikan yang memanfaatkan pengetahuan ilmiah dalam perolehan keterampilan praktis dan terapan dalam pemecahan masalah teknis.
Wenrich dan Galloway (1988) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan sama dengan pendidikan teknik dan sama dengan pendidikan okupasi. Istilah pendidikan kejuruan, pendidikan teknik, dan pendidikan okupasi dapat digunakan secara bergantian. Istilah-istilah tersebut memiliki konotasi yang berbeda, namun ketiga istilah tersebut merupakan pendidikan untuk bekerja. Lebih lanjut Wenrich dan Galloway lebih lanjut mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan dapat diartikan sebagai pendidikan yang spesial yang berfungsi menyiapkan peserta didik untuk memasuki pekerjaan tertentu atau pekerjaan keluarga, atau untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja. Calhoun (1982) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional, juga siap untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Clarke dan Winch (2007) mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan yang menyiapkan anak-anak muda dan orang dewasa untuk memasuki lapangan kerja, di mana proses pembelajarannya berkaitan dengan masalah dan praktik.
Elemen Kompetensi
Pendidikan Kejuruan
Lulusan Pendidikan Kejuruan diharapkan mempunyai 5 elemen kompetensi yang sesuai kebutuhan Pemangku Kepentingan :
- Kebutuhan masyarakat (societal needs) : diharapakan lulusan pendidikan kejuruan siap hidup di tengah-tengah masyarakat, karena sudah memiliki keterampilan yang memadahi
- Kebutuhan dunia kerja (industrial needs) : diharapkan lulusan Pendidikan kejuruan dapat memanfaatkan keterampilan yang ia miliki, sehingga sudah siap untuk diterjunkan di dunia kerja/industry yang tentunya dapat meningkatkan taraf hidup.
- Kebutuhan profesional (professional needs): diharapkan lulusan Pendidikan kejuruan dapat bekerja sesuai dengan keterampilan yang ia miliki.
- Kebutuhan generasi masa depan ( vision) : diharapkan lulusan Pendidikan kejuruan dapat mempersiapkan diri untuk kebutuhan masa depan yang lebih canggih dan modern.
- Kebutuhan ilmu pengetahuan (scientific) : diharapkan lulusan pendidikan kejuruan tidak gaptek dengan adanya ilmu pengetahuan yang terus berkembang.
·Arah Pendidikan umum
Peserta didik
yang mengikuti Pendidikan umum tidak ditargetkan untuk menjadi seseorang yang
siap kerja, tetapi untuk mengetahui dan memahami apa yang terjadi di
lingkungannya Siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam mencari alternatif
pemecahan masalah dan berani untuk mengambil keputusan, serta dapat melanjutkan
pendidikan atau bekerja.
· Arah Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan
menjadi acuan pendidikan bagi para siswa yang ingin mengembangkan karier untuk
bekerja setelah lulus. Mempersiapkan siswa untuk bekerja setelah lulus. Jadi
ketika di sekolah mereka sudah dilatih dan dipersiapkan untuk bekerja
· Arah Pendidikan non-formal
Pendidikan luar
sekolah, pendidikan ditunjuk bagi minoritas, bagi mereka yang tidak mendapatkan
kesempatan melalui pendidikan formal.
Fungsi Pendidikan kejuruan
1. Menyiapkan sisiwa menjadi manusia yang
mampu meningkatkan kualitas hidup
2. Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif
3. Menyiapkan siswa menguasai IPTEK
Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang menghasilkan lulusan siap kerja yang memiliki keterampilan sesuai kebutuhan dunia kerja. Memasuki era revolusi indusri 4.0 terjadi perubahan yang masif pada perbagai industri dan kebutuhan kemampuan pekerja. Artikel ini bermaksud mengkaji implikasi era revolusi industri 4.0 bagi kurikulum pendidikan vokasi. Berdasarkan kajian berbagai sumber dan praktek bisnis, diperlukan pengembangan kurikulum pendidikan vokasi yang sesuai dengan era revolusi industri 4.0 dan relevan menjawab kebutuhan keterampilan baru, seperti kemampuan membuat dan mengelola coding, big data, dan artificial intelligence.
Kurikulum vokasi perlu menerapkan pembelajaran blended learning, yang mengintegrasikan pembelajaran tatap muka dan online, supaya lebih efektif membangun kemampuan dan ketrampilan lulusan. Kurikulum juga perlu memuat penguasaan kompetensi 4.0 seperti literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Agar kurikulum pendidikan vokasi menghasilkan dampak yang luas, pemerintah, lembaga pendidikan, industri harus bersinergi untuk merevitalisasi pendekatan dan isi kurikulum pendidikan vokasi. Pengajar juga harus dapat menyelenggarakan pembelajaran yang baik untuk menghasilkan kinerja optimal lulusan.
Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan
1. Mata pelajaran Normatif : kelompok
mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh,
memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial
anggota masyarakat
2. Mata pelajaran adaptif: kelompok
mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar
memiliki dasar pengetahuan luas dan kuat
3. Mata pelajaran prduktif: kelompok
mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi
kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Model Penyelenggaraan PTK
1. Model 1 (Market Oriented Model) :
Pemerintah tidak mempunyai peran, atau hanya peran marginal dalam proses
kualifikasi pendidikan kejuruan.
2. Model 2 (School Model) : Pemerintah
sendiri merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol pendidikan kejuruan.
Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang menentukan jenis
pendidikan apa yang harus dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain
silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan kebutuhan
tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu. Walaupun model ini disebut juga
model sekolah (school model), pelatihan dapat dilaksanakan di perusahaan
sepenuhnya.
3. Model
3 (State Controlled Market/ Dual System): Pemerintah
menyiapkan/memberikan kondisi yang relatif komprehensif dalam pendidikan
kejuruan bagi perusahaan-perusahaan swasta dan sponsor swasta lainnya.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mengunjungi