Sabtu, 21 Mei 2022

Pembelajaran Berbasis Kerja (Work Based Learning)

 


     Pembelajaran berbasis kerja adalah semua pembelajaran yang terjadi sebagai hasil aktivitas di tempat kerja (Little, 2006)

  Digunakan sebagai terminologi di berbagai negara untuk program-program pada sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh pengalaman dari dunia kerja (WBL Guide, 2002)

    Untuk para remaja agar siap dalam transisi dari sekolah ke dunia kerja untuk belajar realitas dunia kerja/pekerjaan dan menjadi siap untuk membuat pilihan yang tepat dalam pekerjaan (Paris & Mason, 1995)

     (Budi,TS, 2013: 13). Workbased learning merupakan suatu proses memperkenalkan, merancang, dan memberikan pengetahuan untuk dan di tempat kerja yang sesuai dengan keahlian di sekolah/ perpengajaran tinggi.

Raelin (2008:2) tiga elemen penting dalam pembelajaran berbasis kerja:

(1)    Dilihat dari belajar, sebagai hasil yang diperoleh dari teori dan tugas-tugas praktek yang dikerjakan.

(2)  Dilihat dari penciptaan dan pemanfaatan pengetahuan, sebagai suatu kegiatan yang menyatu, dimana kegiatan belajar tersebut menjadi pekerjaan setiap orang.

(3) Dilihat dari peserta didik, yang menunjukkan ketangkasan dalam belajar, yang membebaskan mereka bertanya dan berasumsi selama kegiatan praktek.

Allan (2003) karakteristik pembelajaran berbasis kerja, yaitu:

(a)     Pembelajaran terkait erat dengan kebutuhan.

(b)     Keterlibatan langsung dengan staff di semua tingkatan.

(c)     Pembelajaran kontektual di tempat kerja

(d)     Transfer belajar cenderung lebih cepat dan tinggi.

(e)     Fleksibilitas dalam hal waktu, tempat dan keterlibatan staff.

(f)      Tidak menghabiskan waktu dan biaya.

Manfaat Pembelajaran Berbasis Kerja

(WBL Guide, 2002).

1)   Manfaat bagi peserta didik

            a) Meningkatkan motivasi

     b) Mengembangkan tanggungjawab dan kematangan dengan penguatan sumberdaya manusia, keterampilan menyelesaikan masalah, kepercayaan diri, dan disiplin diri.

           c) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan pilihan okupasi dalam pembuatan pendidikan dan pelatihan jangka panjang atau investasi masa depan.

            d) Menawarkan perencanaan organisasi pelatihan dalam pekerjaan dalam kondisi bisnis aktual.

            e) Mengembangkan keterampilan human relation melalui interaksi personal dalam setting pekerjaan.

            f) Menyediakan keterampilan profesional untuk membantu pembelajar membuat transisi dari sekolah ke bekerja.

            g) Meningkatkan kepedulian tanggungjawab sosial dan kemasyarakatan.

            h) Meningkatkan kemungkinan mendapatkan pekerjaan dan keahlian.

            i) Menambah sumber finansial.

            j) Mengurangi peluang risiko peserta didik tinggal kelas.

            k) Memberikan pendidikan teknis yang lebih dibanding yang diberikan sekolah.

            l) Membuat instruksi akademik lebih relevan dan aplikatif dalam pekerjaan.

2)   Manfaat bagi dunia industri/ DUDI:

                 a) Memperoleh calon pekerja yang lebih baik.

                 b) Mengurangi biaya pelatihan.

                 c) Memiliki fungsi skrening/seleksi pekerja bersama sekolah.

            d) Memberikan kesempatan untuk menilai pekerja sebelum diputuskan untuk dipekerjakan sebagai tenaga kerja penuh.

                 e) Mempersiapkan pekerja dengan rekam kehadiran yang lebih baik.

                 f) Menguji pengusaha untuk memperoleh pajak kompensasi.

           g) Memberikan pada para pekerja memperoleh gagasan-gagasan baru, pendekatan segar, dan antusiasme dalam bekerja.

                 h) Menawarkan masukan langsung dalam pendidikan dan latihan yang disedia-kan oleh pihak sekolah.

                 i) Meningkatkan image dan prestise dari industri dan atau bisnis diantara sesama pembelajar dan dengan komunitas.

3)   Manfaat bagi sekolah

                 a) Meningkatkan hubungan dan jaringan kerja dengan dunia usaha/industry.

                 b) Mengembangkan kemitraan diantara sekolah dengan komunitas.

                 c) Membuat kurikulum yang relevan dengan memperluas pengalaman di kelas dengan diintegrasikan antara teori dan praktik.

                 d) Gurumemperoleh informasi yang lebih baik dan peduli terhadap kecenderungan mutakhir dari dunia usaha/industri.

                 e) Membangun relasi publik yang positif, sehingga reputasi sekolah meningkat dan menarik para peserta didik baru.

                 f) Meningkatkan kualitas lulusan.

                 g) Menyediakan fasilitas pelatihan dunia usaha dan industri yang umumnya sulit untuk disediakan secara finansial oleh sekolah.

                 h) Menciptakan fleksibilitas kebutuhan individu peserta didik dengan tujuan

4)   Manfaat bagi komunitas

a) Meningkatkan prospek lulusan untuk tetap tinggal dalam komunitas.

b) Melibatkan komunitas dalam menemukan kebutuhan pelatihan yang cocok.

c) Membesarkan keberanian para anggota masyarakat muda untuk tetap peduli sekolah, hingga mengurangi problem komunitas dalam resiko drop out.

d) Menghasilkan warga masyarakat yang lebih bertanggung jawab dalam usia yang lebih awal. e) Mempromosikan hubungan yang lebih erat antara komunitas dengan sekolah.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kerja:

      Boud & Solomon (2003: 4-7) mengemukakan ada enam karakteristik:

  1. Hubungan antara mitra/DUDI dengan institusi pendidikan secara khusus untuk membangun dan membantu pembelajaran.
  2. Peserta didik dilibatkan sebagai pekerja. Kebutuhan setiap peserta didik berbeda-beda dan berubah setiap waktu.
  3. Program dalam pembelajaran berbasis kerja mengikuti apa yang dibutuhkan di tempat kerja dan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik.
  4. Level pendidikan dalam program dibangun setelah peserta didik memiliki kompetensi yang diakui.
  5. Dalam pembelajaran berbasis kerja, learning project yang dilakukan di tempat kerja, memberikan tantangan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik di masa yang akan datang, dan perusahaan itu sendiri.
  6. Institusi pendidikan memiliki keluaran berdasarkan kesepakatan dalam program ini dengan menghargai standar dan level yang telah ditetapkan, berbeda dengan kursus konvensional, dalam pembelajaran berbasis kerja tidak ada silabus, inti materi, dan lainlain.

Harnist & Schnaufer (2007: 24) karakteristik pembelajaran berbasis kerja

1)      Pengetahuan dan keterampilan yang relevan diajarkan dengan memberikan tugastugas yang berisi unsur-unsur penting menyangkut pekerjaan yang dikenali oleh para pekerja.

2)      Pembelajaran melibatkan pengguna peralatan, perkakas, dan material yang benarbenar digunakan dalam proses produksi.

3)      Tugas-tugas dapat dilihat dan dipahami dalam konteks sistem dan proses kerja secara keseluruhan, dan dapat dihubungkan dengan hasil akhir.

4)      Aktivitas pembelajaran menghasilkan jasa atau produk riil yang dapat berguna bagi konsumen.

5)      Tugas-tugas pembelajaran adalah berurutan, bersifat pengembangan dan terintegrasi.

6)      Pembelajaran melibatkan aktivitas mandiri.

7)      Tempat belajar mencerminkan kondisi realistis dari tempat kerja dan konteks pekerjaan di mana keterampilan dan pengetahuan harus digunakan atau diterapkan.

Model-Model Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kerja

1)      Apprenticesship

Pembelajaran yang mengintergrasikan pembelajaran di kelas dan di tempat kerja dengan waktu tertentu. Pendidikan sistem ganda ini menurut Wardiman (1978: 79) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program-program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai satu tingkat keahlian professional tertentu. Tujuannya: (1) menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, (2) memperkokoh link and match antara sekolah/kampus dengan dunia kerja, (3) meningkatkan efektivitas dan effisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas, (4) memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

2)      Intership

Pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengirimkan peserta didik untuk beberapa minggu atau bulan dengan pekerjaan yang dipilih disesuaikan dengan kurikulum di sekolah atau di kampus.

3)      School Based Enterprise

Pembelajaran bagi peserta didik, di bawah pengawasan guru mengorganisasikan suatu usaha layanan di dalam sekolah atau kampus.  Tujuan diselenggarakannya unit produksi di sekolah adalah:

(1)  meningkatkan kualitas tamatan dalam berbagai segi terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan

(2)    sebagai sarana praktik kerja langsung bagi peserta didik

(3)   membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas dan biaya-biaya pendidikan lainnya,

(4)    mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik peserta didik

(5)     melatih keberanian mengambil risiko yang diperhitungkan

(6)  memberikan kesempatan kepada peserta didik dan guru untuk mengerjakan pekerjaan praktik yang berorientasi pasar

(7)     meningkatkan kreativitas peserta didik dan guru

(8)     menumbuhkan sikap profesional dan produktif bagi peserta didik dan guru.

4)      Co-operatif Education

Pembelajaran ini menghubungkan kegiatan kelas dengan dunia bisnis. Peserta didik mendapatkan pendidikan dan pelatihan di tempat kerja, tetapi tetap melaksanakan instruksi pembelajaran di sekolah.

5)      Job Shadowing

Pembelajaran yang memberikan pengalaman peserta didik ikut bersama karyawan (di tempat kerja) pada waktu hari-hari kerja (activities), yang memiliki kesamaan dengan magang.







 

0 $type={blogger}:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mengunjungi

Photo Galery

Prodmat 1
Prodmat 2
Prodmat 3
Prodmat 4
Prodmat 5